Duhai
saudaraku,
Teruntuk
dirimu, terlebih yang sudah lama berhijrah
Yang sudah
sedikit banyak mengerti mengenai Diennya
Yang sudah
sedikit banyak mengerti mengenai yang halal dan yang haram
Dan
saudaraku, terutama yang baru saja berhijrah
Yang masih
agak sulit mengamalkan ilmu yang didapat
Yang masih
sedikit sulit untuk menyesuaikan diri dengan habitat yang baru
Dan
saudaraku, terkhusus yang baru terdapat niatan di hatinya untuk berhijrah
Semoga Allaah
‘azza wa Jalla memudahkan niatan itu dan menjadikan kita semua istiqomah di
atas kebenaran
Bukankah kita
diberi anjuran untuk saling nasehat-menasehati dalam kebaikan?
Maka adalah
baik bagi kita untuk memulainya, dan sekarang akan kumulai
Bukan berarti
diri ini lebih berilmu dan lebih paham
Bukan berarti
diri ini terlepas dari semua kemaksiatan dan dosa
Namun nasehat
ini juga merupakan teguran teruntuk diri ini sendiri
Duhai
saudaraku,
Bukankah
Allaah ‘azza wa Jalla telah memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan?
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allaah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat.” [QS An-Nuur (24): 30]
Lalu apa yang
membuat diri tetap memperturutkan hawa nafsu?
Apa yang
membuat diri tidak bisa menahan pandangan?
Ketahuilah,
bahwa mata kita akan menjadi saksi di hari akhir kelak
Mungkin diri
sudah menahan pandangan saat berada di luar rumah
Menolak
memandang sesuatu yang haram dan dilarang
Namun apakah
hal yang sama kita lakukan saat bersendirian?
Jangan sampai
diri ini menjadi tipe orang ketiga yang disebutkan oleh Syaikh Mansur bin
Muhammad al Muqrin dalam ceramah beliau[1]
Yaitu orang
yang berpenampilan secara dzahir adalah sosok shalih dan shalihah
Yang
pandangannya barangkali tidak liar
Namun tatkala
di tempat yang sepi pandangannya menjadi liar
Melihat yang
diharamkan Allaah ‘azza wa Jalla
Wal iyadzubillah,
Tidakkah kita
mengetahui bahwa Allaah ‘azza wa Jalla selalu mengawasi kita?
Walau tak ada seorangpun yang berada di dekat
kita
Duhai
saudaraku,
Janganlah kau
jadikan Allaah ‘azza wa Jalla sebagai pihak terendah yang menyaksikanmu
Barangkali
kita sudah menahan pandangan di dunia nyata
Namun,
bagaimana hal tersebut di dunia maya?
Apa karena
itu bukan dunia nyata lalu kita berhak melihat apapun sesuka hati kita?
Tanpa
menimbang manfaat dan mudharatnya?
Ketahuilah
wahai saudaraku, menahan pandangan bukan hanya terbatas pada dunia nyata saja
Dimanapun
kita berada, kapanpun, bersama siapapun, dengan media apapun
Wajib bagi
kita mematuhi hukum Allaah ‘azza wa Jalla
Walau di
media sosial sekalipun
Apakah kau
berpikir perbuatanmu akan dibiarkan begitu saja tanpa ditanya Rabbmu ‘azza wa
Jalla?
Duhai
saudaraku,
Maka
tundukkanlah pandanganmu dimanapun kau berada
Ketahuilah,
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menuturkan bahwa kebanyakan dari kemaksiatan adalah
melalui empat pintu, yakni:
Pandangan,
Lintasan Hati, Ucapan Kata, dan Langkah[2]
Tidakkah kita
sadari ini?
Pandangan
menjadi hal pertama yang dituturkan oleh beliau –rahimahullaah-
Maka alangkah
lebih baik jika kita tidak melihat gambar ataupun foto seorang ajnabiy di media
sosial
Supaya kita
tidak terkena fitnahnya
Supaya
terhindari kemaksiatan dari diri kita
Tundukkanlah
pandangan, walau di facebook sekalipun!
Duhai
saudaraku,
Terkait
masalah memandang foto atau gambar wanita ajnabiyyah (bukan mahram)
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin –rahimahullaah- pernah ditanya mengenai hal
tersebut
Lalu beliau
mengatakan:
هذا تهاون خطير جداً ، وذلك أن الإنسان إذا نظر للمرأة سواء كان ذلك بوساطة وسائل الإعلام المرئية ، أو بواسطة الصحف أو غير ذلك ، فإنه لابد أن يكون من ذلك فتنة على قلب الرجل تَجُرّه إلى أن يتعمد النظر إلى المرأة مباشرة ، وهذا شيء مشاهد .
ولقد بلغنا أن من الشباب من يقتني صور النساء الجميلات ليتلذذ بالنظر إليهن ، أو يتمتع بالنظر إليهن ، وهذا يدل على عظم الفتنة في مشاهدة هذه الصور ، فلا يجوز للإنسان أن يشاهد هذه الصور ، سواء كانت في مجلات أو صحف أو غير ذلك .
Ini
sikap yang menyepelekan sekali, karena jika seseorang melihat wanita, baik
melalui video, media cetak, atau selainnya, niscaya hal itu menyebabkan fitnah
(kerusakan) di dalam hati seorang lelaki yang menggiringnya untuk melihat
wanita tersebut secara langsung. Ini Fakta.
Kami
telah mendengar bahwa ada sebagian pemuda yang terfitnah oleh gambar-gambar
wanita yang cantik-cantik untuk dinikmatinya, dan ini menunjukkan besarnya
fitnah melihat gambar tersebut. Maka tidak boleh seseorang melihat gambar
tersebut, baik melalui majalah atau halaman buku, atau selainnya.
Lihatlah,
betapa kerasnya Syaikh Al ‘Utsaimin melarang melihat wanita ajnabiyyah!
Karena
memang dampak yang akan ditimbulkan juga besar
Kerusakan
yang ditimbulkan akan lebih besar
Duhai
saudaraku,
Maka
alangkah lebih baiknya kita menjaga pandangan kita walau di dunia maya
sekalipun
Tundukkan
dan tahanlah pandangan
Dan
akan lebih baik lagi jika kita tidak berteman dengan seorang ajnabiy di akun
media sosial kita
Agar
lebih terjaga lagi diri kita dari berbagai kemaksiatan
Walau
memang sulit dilakukan
Percayalah
hal itu lebih baik bagimu dan bagi agamamu
Namun,
ketika kau sudah yakin dapat menundukkan dan menahan pandanganmu dari yang
haram
Maka
tafadhal….
Selama
kau bisa menjaga pandanganmu dan agamamu
Rasulullaah
shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
“Janganlah kamu mengikutkan pandangan
dengan pandangan berikutnya. Sebab hanya pandangan pertama saja yang dibolehkan
bagimu, tidak untuk pandangan setelahnya.”[3]
Beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
“Pandangan merupakan anak panah beracun
dari anak-anak panah iblis. Maka barangsiapa yang menahan pandangannya dari
kecantikan seorang wanita karena Allaah, niscaya Allaah akan mewariskan rasa
manis dalam hatinya sampai hari pertemuan dengan-Nya.”[4]
Wallaahu a’lam bishawab
Semoga Allaah ‘azza wa Jalla selalu
menjaga kita dalam ketaatan kepada-Nya
Dan menjauhkan kita dari segala
keburukan dan kemaksiatan
Barrakallaahu fii umrik
Lampung Selatan, 30
Syawal 1436 H
Dari saudarimu yang
mencintaimu karena Allaah
Footnote:
[1] [Renungan] Empat Saksi Manusia di Hari
Akhir, dlvr.it/BrG8rj
[2] Mukhtashar Ad-Da’ Wa Ad-Dawa’, Ibnul
Qayyim Al-Jauziyyah, hlm.121-126
[3] HR Abu Daud, no. 2149; At-Tirmidzi,
no. 2777; Ahmad, V:353 dan V:357; dan Baihaqi, VII:90; dari Buraidah
[4] HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, V:313;
Al-Qudha’i dalam Musnad Asy-Syihab, no. 292; dan Ibnul Jauzi dalam Dzammul
Hawa, hlm.13; dari Hudzaifah radhiallaahu’anhu. Juga diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, no.10362 dari Ibnu Mas’ud radhiallaahu’anhu.
Diriwayatkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa, hlm. 140 dari Ali bin
Abi Thalib radhiallaahu’anhu.
Sumber:
1. Ad-Da’ Wa Ad-Dawa’, Ibnul Qayyim
Al-Jauziyyah rahimahullaah
3. Kiblat.net
4. Muslim.or.id
Caesars Casino & Hotel | Mapyro
BalasHapusLocated in Las Vegas Strip, this smoke-free 공주 출장마사지 hotel 김제 출장샵 and 안양 출장안마 casino is adjacent 평택 출장샵 to the 파주 출장안마 Convention Center and within a 5-minute drive of