Assalamu’alaykum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah subhanahu
wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa, karena kita masih diberi kesehatan dan kenikmatan sehingga ana masih bisa menulis artikel ini dan shalihat masih bisa membacanya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
salallahu ‘alaihi wassalam, Rasulullah yang berakhlak paling mulia, dan
sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in, serta orang-orang yang berjuang menegakkan
Islam menurut ajarannya.
Sebagai seorang manusia pasti kita
memiliki masalah yang selalu menghampiri kita. Terutama sebagai seorang muslim,
masalah ini biasa kita sebut dengan cobaan. Cobaan yang menimpa kita itu datangnya karena perbuatan kita sendiri, mau kecil ataupun besar. Allah akan menguji hamba-Nya
yang menurut Allah mampu menghadapi cobaan itu.
Mungkin cobaan yang dialami oleh kaum
muslim pada zaman sekarang ini masih sama dengan cobaan kaum muslim pada zaman
Rasul, yaitu penindasan karena memperjuangkan tauhid. Seperti yang terjadi di
Palestina, Rohingya, Syria dan beberapa Negara lain. Namun jarang kita lihat
orang di Indonesia yang mendapatkan cobaan seperti itu. Seperti salah satu
sahabat di zaman Rasulullah, yaitu Bilal bin Rabah. Ia disiksa oleh majikannya,
Umayyah karena penghianatannya dengan mengakui keesaan Allah. Ia dibawa keluar
pada siang hari ke padang pasir dan dicampakkan diatas pasir-pasir yang panas
dalam keadaan tak berbaju. Kemudian dibawalah batu yang telah dipanaskan yang
diangkat dari tempatnya oleh sejumlah orang dan diletakkan diatas tubuh dan
dada Bilal. Siksa demi siksa, berulang-ulang dialaminya setiap hari, namun ia
tetap tegar. Mereka menyuruh Bilal untuk mengatakan Lata dan Uzza dengan baik,
namun Bilal tetap mengakui keesaan Allah dengan berkata, “Ahad, Ahad”.
Akhirnya pertolongan Allah pun datang.
Abu Bakar Ash-Shidiq datang dan membebaskannya dengan membelinya dari Umayyah.
Sungguh sangat berat cobaan yang dialami Bilal bin Rabah. Dan masih banyak lagi
cobaan demi cobaan yang dialami kaum muslim di zaman Rasulullah saw.
Disinilah Allah menyuruh kita untuk
tetap sabar dan berlapang dada disaat cobaan menghampiri kita. Walaupun cobaan
itu sangat berat. Karena Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas
kemampuan hamba-Nya. Dan tidak akan sia-sia orang yang bersabar dan berlapang
dada.
"Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az Zumar:
10)"
Sabar adalah suatu hal yang sangat baik,
karena dapat mendekatkan diri kita kepada Allah dan insya Allah berbuah surga.
Seperti contoh hadist yang diriwayatkan dari 'Atho' bin Abi
Robaah, ia berkata bahwa Ibnu 'Abbas berkata padanya, "Maukah kutunjukkan
wanita yang termasuk penduduk surga?" 'Atho menjawab, "Iya mau."
Ibnu 'Abbas berkata, "Wanita yang berkulit hitam ini, ia pernah mendatangi
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lantas ia pun berkata, "Aku menderita penyakit ayan dan auratku
sering terbuka karenanya. Berdo'alah pada Allah untukku." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda,
"Jika mau sabar, bagimu surga. Jika engkau mau, aku akan berdo'a pada
Allah supaya menyembuhkanmu." Wanita itu pun berkata, "Aku
memilih bersabar." Lalu ia berkata pula, "Auratku biasa
tersingkap (kala aku terkena ayan). Berdo'alah pada Allah supaya auratku tidak
terbuka." Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- pun berdo'a pada Allah untuk wanita tersebut. (HR. Bukhari no.
5652 dan Muslim no. 2576)
Cobaan
yang datang kepada kita itu tidak mungkin selamanya datang secara terus
menerus. Melainkan akan ada masa dimana cobaan itu usai, kuncinya yaitu tadi
sabar dan berlapang dada. Setelah kita mengalami kesedihan dan kesusahan pasti
kita akan mendapatkan kesenangan dan kemudahan. Karena terdapat ayat dalam
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun
diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).
Sahabat
mulia, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
“Seandainya kesulitan masuk ke dalam suatu lubang, maka kemudahan pun akan
mengikutinya karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Ibnul
Mubarok berkata dalam “Al Jihad” bahwa ‘Umar bin Al Khottob pernah
menulis surat kepada Abu ‘Ubaidah yang baru tiba di Syam dan dihadang oleh
musuh kala itu. Isi tulisan ‘Umar adalah, “Amma ba’du, tidaklah Allah
menurunkan kesulitan pada seorang mukmin melainkan setelah itu Allah akan
datangkan kegembiraan padanya. Karena ingatlah, satu kesulitan mustahil
mengalahkan dua kemudahan.” Kemudian dalam surat tersebut ‘Umar menyebutkan
ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron: 200)
Setelah
kita mengetahui berita gembira bagi orang yang mendapat kesulitan dan kesempitan
yaitu akan semakin dekat datangnya kemudahan, maka sikap yang wajib kita miliki
ketika itu adalah bersabar dan terus bersabar. Artinya, ketika
sulit, hati dan lisan tidak berkeluh kesah, begitu pula anggota badan menahan
diri dari perilaku emosional seperti menampar pipi dan merobek baju sebagai
tanda tidak ridho dengan ketentuan Allah.
Sabar menanti
adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi masalah, bukan
dengan mengeluh dan berkeluh kesah. Imam Asy Syafi’i pernah berkata dalam bait
syair,
صَبرا جَميلا ما أقرَبَ الفَرجا ... مَن رَاقَب الله في الأمور نَجَا ...
مَن صَدَق الله لَم يَنَلْه أذَى ... وَمَن رَجَاه يَكون حَيثُ رَجَا ...
Bersabarlah yang baik, maka
niscaya kelapangan itu begitu dekat.
Barangsiapa yang mendekatkan
diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.
Barangsiapa yang begitu yakin
dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.
Barangsiapa yang selalu
berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan
Dalam syair Arab
dikatakan, “Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya, namun akhirnya lebih
manis daripada madu.”
Dan dalam pepatah
Inggris dikatakan, “Every cloud has a silver lining”
Semoga artikel singkat ana ini dapat membuka hati kita yang telah lama tertutup
Wassalamu’alaykum
warahmatullahi wabarakatuh